Kamis, 30 Mei 2013
kritik.....ketika aku di kritik....
Surakarta, 25 Februari 2013
Baru kali ini ada yang mengkritik saya tentang bicara saya yang dinilai sok, baik dalam kosa kata
maupun bahasa saya. Penggunaan kosa kata yang menurut saya sudah biasa digunakan di berbagai
media, juga bahasa asing yang menjadi bahasa internasional dan menjadi tuntutan global untuk kita
menguasainya agar mampu bersaing di berbagai bidang. Bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu
syarat utama dan nilai lebih jika ingin diterima atau lolos dalam berbagai seleksi dan persaingan, baik
di bidang akademik, perekonomian, bisnis, pekerjaan, dan sebagainya. Sebagai manusia yang
dibesarkan di era milenium (tahun 2000-an) harusnya kita sebagai generasi muda lebih memahami
kondisi semacam ini,yang menuntut kita untuk lebih mengembangkan diri, ya, ini adalah “tuntutan
jaman”. Jadi, di sini saya sungguh merasa aneh, kok ada ya yang mengkritik, bahkan bisa dibilang
melarang saya untuk seperti itu. Sedangkan menurut saya, dengan siapa saya berbicara dengan
model semacam itu, saya pun yakin kalau kami sama-sama memahami apa yang saya maksud (dan
waktu itu saya berbicara kepada sesama rekan mahasiswa, kakak tingkat maupun teman
seangkatan, yang notabene sama-sama makhluk berpendidikan dqan terpelajar). Nah, lalu apa yang
dikatakan oleh seorang teman ketika mengkritik saya?
Kosakata-mu itu lho, mbok ya yang biasa aja, gak usah pakai istilah-istilah “elite”
Saya akui, ketika saya berbicara dengan beberapa orang teman, terkadang saya memang
menggunakan istilah asing, yang sebenarnya saya sendiri sudah lupa apa saja istilah2 yang pernah
saya gunakan. Tapi menurut saya, istilah yang pernah saya gunakan itu biasa saja, sudah umum di
masyarakat, dan saya juga yakin kalau teman-teman pasti pernah menggunakan istilah itu... selain
itu, juga sebagai proses belajar bagi diri saya untuk lebih mengenal istilah-istilah asing, bahasabahasa
asing yang beberapa berkaitan dengan mata kuliah yang pernah didapat.
Nah, saya mulai ingat... saya pernah-atau mungkin sering berkata seperti ini...
“wah, posisinya tidak ergonomis, agak kesini saja, seperti ini..” (sambil berperaga yang saya lupa lagi)
Nah, kalau seperti itu, teman-teman di kampus, adakah yang tidak atau belum mengenal dan
mengerti arti istilah itu????? Saya yakin, tidak ada....
Jadi, apa salah kalau saya kadang juga memakai istilah-istilah semacam itu???? Toh, tujuan saya itu
untuk belajar, membiasakan diri dengan apa yang saya pelajari, agar saya terbiasa-dan bisa.....
Tapi ya maaf kalau itu tetap anda nilai sebagai salah satu bentuk kesombongan saya, yang jelas
menurut saya, kepada siapa saya biasa berkata demikian, saya pun juga menempatkan diri dengan
siapa dan di mana saya berbicara....
Kalau bicara pakai bahasa Indonesia saja...
Terkadang, saya memang menggunakan bahasa inggris, baik sebagian maupun penuh ketika saya
berbicara atau berkirim pesan lewat ponsel. Dan beberapa kali memang ada yang menjawab agar
saya pakai bahasa indonesia saja. Oke lah... saya terjemahkan lagi....
Nah, pertanyaan saya.. apakah ketika ada yang menulis status di jejaring sosial pakai bahasa inggris,
pernahkah anda menyuruhnya untuk menggantinya ke bahasa indonesia saja?
Pernahkah anda protes kepada pengarang-pengarang lagu yang sebenarnya juga orang indonesia
yang menulis lagu dalam bahasa inggris, atau bahasa asing lainnya untuk kemudian diterjemahkan
ke bahasa indonesia saja?
Pernahkah anda memprotes guru-guru bahasa asing anda untuk tidak berbicara dalam bahasa asing?
Pernahkan anda menyuruh orang yang sedang berbicara bahasa inggris di dekat anda untuk diam?
Atau mungkin pernahkah anda memarahi seorang aktris, aktor, penyanyi, yang berkarya dalam
bahasa asing? Atau jangan-jangan anda tidak memiliki lagu atau film dalam bahasa asing? Atau
kalaupun punya, anda tidak pernah menikmatinya????
Lalu... Adakah anda memiliki seorang anak, adik, tetangga, atau apa lah, manusia yang masih bayi,
yang belum bisa berbicara dengan lancar???
Lalu pernahkah anda melarang orang tersebut untuk belajar berkomunikasi dengan anda???
Tidak pastinya... entah dimanapun, dengan siapapun, kapan pun... tak pernah ada orang baik yang
melarang anak itu untuk berlajar berbicara, bahkan merasa senang dengan itu, bukan? Dan pastinya
juga anda tidak akan mengolok-olok kalau bayi itu sombong, bukan???
Dan di sini, sejak dulu, saya sedang belajar, teman... saya sedang belajar berbicara.... saya sedang
belajar..yang menurut saya itu selalu menyenangkan untuk dilakukan dimanapun, kapanpun, dengan
siapapun.... sesuai apa yang dipesankan oleh guru dan orang tua saya, yang membiasakan saya
untuk belajar dan mempraktikannya selagi bisa tentang apa yang saya pelajari, ingin saya kuasai,
dimanapun, kapanpun, dengan siapapun (dalam hal ini adalah bahasa inggris). Lalu kenapa ketika
saya menerapkan itu di sini, saya dicap sebagai anak yang sombong?????
Nah, analoginya sama... saya dan bayi itu.. sama-sama sedang belajar.. yang membedakan adalah
usia dan bahasa... lalu kenapa saya di cap sombong? Sok? Kenapa????
Jawaban anda adalah sama... “Penempatan diri”...
Saya tidak dapat menempatkan diri, dengan siapa saya berbicara, dimana, dan kapan.. saya terlalu
seenak diri saya sendiri untuk menggunakan bahasa itu...
Sedangkan yang menjadi patokan bagi saya ketika sedang belajar bahasa adalah...
“BAHASA BISA KARENA TERBIASA”
Yang artinya, kita akan bisa berbahasa dengan cara membiasakan diri dengan bahasa itu....
Lalu, apakah saya tetap salah????
Manusia yang baik budinya itu seperti padi, “ sing ora ngetok-i”
Hal di atas, jika diterapkan dalam interaksi, menurut saya, penerapannya adalah bagaimana kita
menata diri, hal apa yang dibicarakan, bagaimana menghargai orang lain ketika sedang bertutur,
asalkan tetap santun....
Sedangkan dalam hal ini, saya belum menemukan apa yang telah saya langgar dalam diri saya....
Ada sebuah pesan... komunikator yang baik, adalah yang pandai menempatkan diri dengan siapa
ia berbicara... (jadi, perhatikan sopan santun, istilah, juga bahasa yang digunakan, gunakan saja
yang paling mengena atau akrab di telinga mereka) agar apa yang disampaikan dapat diterima
dengan baik dan langsung dapat diterapkan....
Untuk yang ini, saya tidak dapat membantah, karena memang itu benar adanya.....
Okay, di bagian akhir....
Sebenarnya,, pengantar ketika seorang teman mengkritik saya semacam itu adalah gara-gara ada
seorang teman dekat kesayangan-nya(sebut saja bunga) yang mengatakan kalau si bunga itu
“sungkan” sama saya kalau mau ngobrol, takut kalau salah ngomong....
Nah, kalau seperti itu masalahnya... kenapa saya yang sepenuhnya disalahkan???
Anda sungkan sama saya, itu adalah kesan yang anda ciptakan sendiri untuk saya,
Anda belum sepenuhnya mengenal saya,
Kenapa mudah menghakimi orang lain?
Lalu apakah saya harus merubah diri saya sepenuhnya, untuk kemudian dapat diterima oleh semua
orang dan membuat orang lain nyaman dengan saya???
Maaf, jawaban saya adalah TIDAK...
Membuat semua orang bahagia dan nyaman dengan saya dengan cara saya harus mengilangkan
karakter saya yang saya yakin ini bukan suatu kesalahan besar,tapi adalah pembunuhan karakter
bagi saya...
Lalu kenapa tak kita coba untuk mengalihkan perhatian sejenak? Mencoba melihat masalah yang
sama dari sisi pandang yang lain??? Bukankah lebih bijak jika kita bisa saling memahami, tepa slira,
dan tidak saling memaksakan kehendak??
Oke, itu curhat saya, terimakasih untuk kritikannya, semoga saya bisa membangun diri saya lebih
baik... dan ingat.... ini negara demokrasi cuy... don’t be kolot, peace •
Be continue.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar