Minggu, 22 September 2013

1

lamat mengalun pelan nyanyian dari sua khas yang tetap memesona... menemani ku tengah malam yang memandag langit sendiri.. bersama seseorang nan jauh di sana... merasa bersama ketika pesan itu masuk...

jadilah kami tulis seadanya apa yang terlintas di benak.. aku yang sendiri di temani sketsa wajah buram...
hanya aku yang mendengarkannya.. tak juga dia.. tapi ia gambarkan jelas rasa hati dan angannya sketsa wajah itu...
Sketsa wajah goresan pinsil
menyeretku ke gerbang mimpi
melayang jauh ke masa silam
ketika tubuhmu luruh, jiwa pun terbang
Seiring kepak burung elang
Wangi cintamu membiusku
Aku menggigil kerna terbakar
Deburan ombak memisahkan kita
Kerap kupanggili namamu
lewat helaan nafas dalam
Angin, tolong bawa aku terbang
jauh melewati batas angan
agar aku dapat terus bermimpi
ho ho ho ho ho ho
Sketsa wajah yang mulai buram
digilas cuaca dan usia
Waktu tertatih namun terus berputar
Namamu lekat tak pernah hilang
Kerap kupanggili namamu
lewat helaan nafas dalam
Angin, tolong bawa aku terbang
jauh melewati batas angan
agar aku dapat terus bermimpi
untuk membuktikan bahwa cintaku
kekal abadi, kekal abadi, kekal abadi
***mengalir begitu saja.. berlalu tanpa kesan.. hanya merasa nyaman dengan nyanyian itu tanpa menyangka apa akhirnya...

Hendak narah...sama siapa? sama diri sendiri yang terlalu berharap? menertawakan siapa? menertawakan diri sendiri yang terlalu bodoh mau menangisi apa? menangisi kesalahan menaruh hati?
atau mau terus berharap?
dengan menciptakan bayangan yang terlalu terang???
****
iya..  mungkin...
aku yang terlalu berpijak pada harapanku, meyakini anganku dan takut hadapi kenyataan, merangkai sendiri kisah klise untuk ku jalani.. dan tanpa ku sadar erseret orang lain dalam alur yang kupaksakan..
iya..kamu benar...
lalu apa yang dapat dilakukan hati?
diam termangu menunggu kenyataan berbalik dan berpihak pada kita?
lemparkan saja semua angan...pecahkan segala cermin kepalsuan yang mengungkung ketakutan, dan kita ttersadar telah ciptakan bayangan sinar yang terlalu terang hingga kaburkan kenyataan ang terlampau pahit tuk ditelan...
yang baru tersadar dari sebuah angan akan kebersamaan...
layaknya langit dan laut yang terbentang luas...
selah sama..serupa..menyatu tanpa batas...
tapi disanalah berpjak sejuta kenyataan
ada batas yang tak mampu satukan keduanya..
itulah kenyataan...

terimalah...
terimalah...
terimalah....

sketsa wajah itu... sudahkah terbias, kasih????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar