,5 April 2011
Ingatan dan semua rasa itu ada...
Aku teringat padanya...
Rindukah itu??? Jatuh cintakah aku???
Ah, apapun namanya, siapa pula yang kan peduli..
Karna dia tlah hantamkan jeruji di sudut mati
hati....
Bulan yang berenang diatas tlaga itu,,,Kemarin masih tenang, dan
kini sinarnya smakin cerlang..
Namun menangislah sang kunang-kunang..karna
bokongnya tak dapat lagi hibahkan terangnya pada indah malam...
Sunyilah kini dunianya...lelaki itupun lebih
menikmati rembulan untuk matanya..Tapi hanya kunang-kunang bodohlah yang tetap
menantinya, sambil berharap, lelakinya hanya melihat, dan hatinya tetap
teruntuk padanya.
Suatu malam, si lelaki memanggil kunang-kunang..ia
ceritakan betapa sedih hatinya ketika ia tak dapatkan rembulannya pada malam
kemarin, dan ia makin terpuruk ketika dijumpainya si perempuan bersama
bintang-bintang berpadu sinar dan tinggalkannya sendiri...
Dan kunang-kunang menjawab
“aku kunang-kunang yan ingin berbagi sinar di
kesunyian malam karena titah Tuhanku,
aku bukan milikku... tapi aku bisa tunjukkan siapa
aku...
aku bukan kupu-kupu malammu”
“aku bertanya padamu, aku bercurah padamu, aku
berharap kau dengarkan aku, jika kau menyayangiku, tinggalah bersamaku, aku tak
peduli lagi pada malam purnama...
ku sadar, kau kembalikan kacamataku... dan kau
lebih dari sekedar kurir hatiku yang sampaikan isi hatiku pada sunyi malam –
malam kita”
“malam-malam kita katamu??? Sejak bulan kemarin
bukan lagi malam milik kita...
rembulanmu tenggelam bersama bintang bintang di
telaga hatimu...selamilah , dan hadirkan satu untukku, dan kembalilah padaku...
Takkan lagi kau jumpaiku jika malammu terlalu
gusar”
“Apa maksudmu??? Bukankah kemarin kau yang
ijinkanku bersamanya? Bukankah pula kau sendiri yang redupkan sinarmu kala itu,
hingga akupun harus mencari yang lain?? Dan ketika kutemukan dia, kenapa kau
tampak begitu bahagia?? Dan kenapa pula sekarang kau tenggelam dalam air
matamu???”
“Jika kau memintaku menyelam, haruskah itu ke
samudra hatimu yang begitu rahasia, ataukah ku harus ikuti aliran tangisanmu
agar ku dapat kembali???”
“kenapa kau begitu munafik? Lisanmu merayuku,
sedang matamu menantangku untuk kalahkan ketulusanku??
Semakin mengerti kini, kemana gerangan rembulanmu
itu...”
“apa yang kau tahu dari ini semua? Akulah penentu
alur air matamu...”
“ia tenggelam dalam keruh mata air kalbumu... “
“aku tak ingin entaskan dia yang tenggelam... yang
ku ingin, lelakimu adalah aku... dan kau adalah perempuanku yang kan slalu
menungguku...
“Aku mencintaimu seperti derasnya mata air... tapi
ijinkan ku jumpai anak sungaiku sebelum ku bermuara pada hatimu... simpanlah
itu untukku perempuanku”
“seperti itukah lelaki???
Seonggok hidrokarbon berpigmen
Berhatikah kau kekasihku???
Jika dapat, ingin ku benamkan dalam jantungmu
dengan bambu yang dulu pernah kau siapkan tuk buat layang – layang agar kau
dapat terbang bersamaku....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar