Jumat, 18 Juli 2014

KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB SEBAGAI MANAJEMEN DIRI TERHADAP KONFLIK AKIBAT ADANYA KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA

| Paper |

Simbol Bintang Kejora Warnai Demo Papua di Manado
Penulis : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Selasa, 23 Oktober 2012 | 12:05 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_dibaca.gif
Kompas.com/Ronny Adolof Buol Simbol bendera papua merdeka terlihat diantara para pendemo yang dilakukan mahasiswa Papua di Sulawesi Utara. Pemakaian simbol bintang kejora tersebut sebagai ekspresi para pendemo yang menginginkan Papua merdeka
MANADO, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa mahasiswa Papua di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (23/10/2012) yang menuntut referendum Papua diwarnai dengan simbol bendera papua, Bintang Kejora. Beberapa pendemo terlihat memakai simbol bendera papua merdeka ini. 
Salah satu pendemo wanita yang mengecat wajahnya dengan simbol bintang kejora ketika ditanya mengatakan alasannya, "Saya memakai bendera ini karena kami menginginkan Papua merdeka."
Demo mahasiswa Papua saat berita ini ditayangkan masih berlangsung. Mereka yang meneriakkan yel yel menuntut referendem dan Papua merdeka. Mengambil start dari halaman Kantor Rektorat Universitas Sam Ratulangi mereka melakukan longmarch ke kantor DPRD Sulut.                             

Sepanjang jalan para pendemo meneriakkan tuntutan mereka. "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," teriak para pendemo. 
Editor :
Glori K. Wadrianto

***
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada berita di atas, nampaklah sebuah peristiwa di Indonesia timur, Manado, Sulawesi Utara, dimana para mahasiswa dari Papua yang melakukan aksi demonstrasi menuntut adanya referendum, dan Papua merdeka.
Tidak akan ada suatu demonstrasi tanpa adanya alasan, apa lagi jika isinya menuntut adanya referendum untuk kemerdekaan. Jadi, pastilah sebelumnya ada konflik yang belum atau bahkan tidak terselesaikan sejak dahulu dan menjadikan bom waktu di masa sekarang.
Referendum adalah pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan (politik). Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa referendum adalah penyerahan sesuatu kepada orang banyak, supaya mereka menentukannya ( jadi tidak diputuskan oleh rapat atau parlemen). Referendum yang dimaksudkan adalah jajah pendapat untuk memerdekakan Papua.
Pada orasinya, mereka mengatakan bahwa "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," hal tersebut menunjukkan bahwa ada diskriminasi atau pembedaan perlakuan yang cenderung merendahkan atau melecehkan orang Papua, sehingga mereka merasa tidak nyaman, tidak suka, serta tidak dapat menikmati haknya sebagaimana apa yang diharapkan sebagai pemenuhan kebutuhan rohani, hakikat manusia. Pada dasarnya mereka ingin hidup merdeka, bebas dari tekanan dan diskriminasi. Jadilah kebebasan itu yang menjadi titik tolak mereka. Namun, kebebasan seperti apakah yang seharusnya ada, sehingga bisa take and give dan tercipta kehidupan yang madani? Disini akan dibahas hal tersebut.
Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan ke-bhineka-an-nya, dimana dalam kebhinekaan itu pastilah tedapat berbagai macam keragaman yang sangat rentan dengan timbulnya konflik.
Oleh karenanya, sebagai mahasiswa, delegasi penerus berlangsungnya rumah tangga yang makmur di negeri tercinta, perlulah kita mengetahui, meng-kaji, memahami, serta menerapkan kebhinekaan, meletakkan pemahaman keragaman dan  kebebasan yang bertanggung jawab dan beretika pada pondasi yang tepat sehingga terjadinya konflik dapat kita hindari dan kita minimalisir semaksimal mungkin.
Sehingga, dalam penulisan paper ini, penulis memilih tema “ Kondisi Masyarakat Indonesia Masa Kini yang Rentan Konflik” dengan judul “ Kebebasan yang Bertanggung Jawab sebagai Manajemen Diri Terhadap Konflik Akibat Adanya Keanekaragaman Masyarakat di Indonesia”.

B.     Rumusan Masalah

Pada paper ini, dirumuskan beberapa masalah berikut:
1.      Apakah yang dimaksud kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar keduanya?
2.      Apakah yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman?
3.      Bagaimana perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman??

C.    Tujuan Penyusunan

Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk:
1.      Sebagai salah satu pemenuhan tugas ISBD KD 2 semester 1 program diploma Hiperkes dan KK tahun akademik 2012-2013.
2.      Memahami yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar keduanya.
3.      Memahami yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman.
4.      Memahami perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman.
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kebebasan dan Tanggung Jawab serta Hubungan antar Keduanya

1.      Kebebasan
Bebas berasal dari kata bebas, yang berarti lepas sama sekali (tidak teralang, terganggu, dsb shg boleh bergerak, bercakap, berbuat, dsb.dengan leluasa). Juga diartikan lepas dari (kewajiban, tuntutan, ketakutan, dsb), tidak terikat atau terbatas, merdeka (tidak diperintah atau dipengaruhi oleh negara lain). Dari sini nampaklah empiris dari kasus tersebut bahwa orang Papua menginginkan bebas.
Dan kebebasan itu juga dapat diartikan kemerdekaan atau keadaan bebas.
Kebebasan merupakan objek material dari etika. Karena etika memunyai objek material perilaku, perbuatan manusia yang secara sadar. Di sini terdapat pengertian bahwa etika berarti pula sikap untuk memahami pilihan-pilihan yang seharusnya diambil diantara sekian banyak pilihan bertingkah laku.
Etika tidak akan berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab. “Etika itu sendiri suatu perencanaan menyeluruh yang mengaitkan daya kekuatan alam dan masyarakat dengan bidang tanggung jawab manusiawi” (Van Peursen, 1967:193). Tanggung jawab hanya dapat dituntut apabila ada kebebasan untuk memilih.
a.       Bebas dalam paham negatif
Disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain. Paham seperti ini disebut negatif karena hanya dikatakan bebas dari apa dan tidak ditentukan bebas untuk apa.
Paham negatif tentang kebebasan memiliki arti empiric yang jelas. Orang itu bebas kalau kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain dengan bentuk paksaan atau tekanan.
b.      Bebas dalam arti positif
“Bebas tidak hanya dari sesuatu, melainkan juga untuk sesuatu” (Von Manis, 1979: 45-46), menyatakan keberatan atas paham positif kebebasan ini, dengan alasan untuk memperdalam pengertian tentang manusia. Tapi sebagai titik tolak sangat meragukan.
1.      Kata bebas kehilangan empiris yang jelas
2.      Hal tersebut akan digunakan sebagai dalih pembenaran pengekangan-pengekangan terhadap kebebasan.
Dikatakan seseorang disebut bebas apabila:
·      Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya.
·      Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
·      Tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain negara atau kekuasaan apapun.
Ada tiga macam kebebasan, yaitu:
a.     Kebebasan jasmaniah
Tidak adanya paksaan menggerakkan badan. Jangkauannya ditentukan oleh kemampuan badan itu sendiri, tidak tak terbatas. Yang melanggarnya hanyalah paksaan, yaitu pembatasan oleh seorang atau lembaga masyarakat berdasarkan kekuatan jasmaniah yang ada padanya. Kebebasan ini dapat ditaklukkan oleh kekuatan fisik dari luar.
b.      Kebebasab kehendak
Kebebasan untuk menghendaki sesuatu. Jangkauannya dalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja juga dapat menghendaki apa saja. Kebebasan ini tidak dapat secara langsung dibatasi dari luar.
c.       Kebebasan moral
i.     Arti luas
Tidak adanya macam-macam ancaman, tekanan larangan dan desakan yang tidak sampai berupa paksaan fisik.
ii.   Arti sempit
Tidak adanya kewajiban. Dengan kata lain, dikatakan bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak itu tidak ada yang diwajibkan dan tidak ada yang dilarang (dalam islam dikatakan berhukum mubah).
2.      Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab itu ciri manusia beradab (berbudaya).
Macam dari Tanggung jawab adalah:
a.       Tanggung jawab pada diri sendiri
b.      Tanggung jawab pada tuhannya
c.       Tanggung jawab pada keluarga
d.      Tanggung jawab pada masyarakat
e.       Tanggung jawab pada masyarakat

3.      Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Allah adalah satu-satunya yang kekal, imortal, dan berdaulat mutlak. Hal ini menjadi dorongan bagi manusia untuk mencapai kebudayaan yang paling tinggi. Manusia ingin kekal, imortal, dan berdaulat. Itu menyebabkan Mesir membuat mumi, dan Kaisar Qin Shi Huang mengutus orang untuk mencari obat agar tidak bisa mati. Unsur kedaulatan membuat manusia suka mengatur dan tidak suka diatur. Unsur kebebasan membuat manusia memiliki keinginan.Kebebasan itu baik; kebebasan itu indah; kebebasan itu hormat. Tetapi kebebasan sedemikian harus dipakai dengan bertanggung jawab. Kalau tidak, ia menjadi paling jahat, paling buruk dan paling hina. Para pemuda-pemudi harus mengerti prinsip dan sifat kebebasan ini. Allah yang bebas mutlak telah meletakkan kebebasan-Nya sinkron di bawah semua sifat moral-Nya. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan paradoks. Kebebasan itu suatu keputusan yang sangat krusial. Taklukkanlah kebebasan Anda di bawah kedaulatan Allah, maka kebebasan itu menjadi luar biasa indah.
Jadi, dalam menjalankan kebebasan yang dimiliki, atau banyak dikatakan sebagai hak, setiap manusia haruslah tetap berpegang pada tanggung jawabnya untuk melaksanakan kewajibannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menjalankan kebebasan dan tanggung jawab dapat berjalan seimbang dan tidak saling tumpang tindih dalam melakukan kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia. Karena perlu kita ketahui, bahwa dalam berbuat, bukan hanya diri sendiri yang harus bertanggung jawab atas itu, melainkan juga orang lain, tergantung pada apa yang kita lakukan.
Selain itu, tanggung jawab yang dimaksudkan adalah juga dalam menghormati orang lain. Dengan bertangggung jawab atas apa yang telah dilakukan, niscaya konflik dapat diminimalisir sedapat yang dilakukan.


B.       Manajemen Diri terhadap Konflik Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia

1.         Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Keanekaragaman masyarakat di Indonesia ditandai oleh antara lain adanya ratusan suku, bahasa, tradisi, adat istiadat, yang kesemuanya mengarah pada kebudayaan, nilai dan norma yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia, yang mana satu sama lain pasti terdapat banyak sekali perbedaan.

2.         Konflik
Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau kelompok untuk tujuan yang sama. Mengalahkan saingan nampaknya merupakan cara yang penting untuk mencapai tujuan. (Theodorson & Theodorson, 1979 : 71).
Menurut Kilmann & Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik adalah : “ Suatu kondisi ketidakcocokan obyektif antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara sengaja mengganggu upaya pencapaian tujuan, dan secara emosional mengandung suasana permusuhan.
3.         Manajemen diri
Manajemen diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar.

           
Jadi, kaitan antar ketiganya adalah pengendalian diri terhadap apa yang dimilikinya, yaitu kebebasannya untuk menekan antau mengantisipasi terjadinya konflik akibat adanya keanekaragaman masyarakat, terutama di Indonesia. Manajemen itu dapat berupa peningkatan pemahaman serta toleransi terhadap keanekaragaman yang ada, antara lain keragaman budaya, bahasa, adat, kebiasaan yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat.


C.    Perilaku Bebas yang Bertanggung Jawab dapat Menjadi Manajemen Diri terhadap Konflik akibat Keanekaragaman

Disini, keanekaragaman masyarakat dikatakan dapat memicu konflik adalah karena kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam, serta berbagai karakter pada setiap suku bahkan individu yang mana satu sama lain bila sebelumnya belum pernah saling tahu, apa lagi memahami dan kurangnya manajemen diri yang baik, dikatakan dapat memicu timbulnya konflik.
Adapun konflik yang muncul mayoritas karena adanya pelanggaran terhadap hak kewajiban antar individu, maupun kelompok. Pelanggaran itu dapat terjadi karena masing-masing individu terlalu meninggikan kebebasan yang dimilikinya tanpa diiringi tanggung jawab untuk menjalankan kewajibannya, yaitu menghormati hak dan kebudayaan satu sama lain. Selain itu juga rasa sombong yang tak jarang ada pada manusia karena peradaban, tingkatan masyarakat, atau perkembangan teknologi serta peningkatan perekonomian yang dimilikinya sudah lebih tinggi atau maju dari pada golongan masyarakat yang dilanggar kebebasannya.
Manajemen yang dapat dilaksanakan oleh setiap individu dalam rangka meminimalisir terjadinya konflik adalah berupa menyadari tanggung jawabnya dalam melakukan kebebasan yang dimilikinya sebagai manusia, antaralain kebebasannya dalam bersikap dan berucap. Selain itu juga seperti apa yang sebelumnya sudah dikatakan.
Jadi, disini yang terpenting adalah agar konflik akibat adanya keanekaragaman masyarakat di Indonesia dapat dikurangi dan tidak jadi masyarakat yang rentan konflik, adalah dengan memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, serta menyadari bahwa sesungguhnya ada kesetaraan kedudukan setiap manusia.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan pada bahasan paper  yang berjudul  “Kebebasan yang Bertanggung Jawab Sebagai Manajemen Diri terhadap Konflik Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia” adalah apabila setiap individu yang merupakan unsur dari masyarakat melakukan kebebasannya sesuai dengan hak yang dimilikinya dengan baik dan bertanggung jawab, dalam artian tidak melakukan pelanggaran terhadap hak yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat atau suku lain, merupakan salah satu bentuk manajemen diri atau kontrol diri terhadap timbul atau terjadinya konflik atau permasalahan akibat adanya keanekaragaman masyarakat di Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang tidak mudah disulut konflik dan terciptalah kondisi suatu masyarakat yang madani. Dan tak ada lagi konflik semacam yang ada pada berita pengantar penulisan paper ini.


DAFTAR PUSTAKA

Lalu, Yosef Pr, 2010, Makna Hidup Dalam Terang Katolik I, Yogyakarta:Konisius.
Tim MGBK, Provinsi Jakarta, -, Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada SMP I, Jakarta: Grasindo.



PENGUKURAN STRESS KERJA PADA KULI BANGUNAN MENGGUNAKAN FORMULIR KUESIONER

A.    Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri semakin ketat dan keras. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang sangat kompleks. Perubahan alih teknologi masyarakat agraris menuju masyarakat insustri, masyarakat industri menuju masyarakat informasi, teknologi menjadi teknologi tinggi, dimana ekonomi dunia berpengaruh sekali dalam ekonomi dalam negeri, dan lain-lain.
Keadaan tersebut memaksa jutaan manusia harus berhadapan dengan teknologi tinggi secara tiba-tiba yang mana kebanyakan dari masyarakat belum siap dengan merubahan yang menyeluruh dalam waktu relatif singkat, sehingga muncullah berbagai masalah yang banyak dikatakan bermuara pada terjadinya stress. Karena hal tersebut juga banyak terjadi pada masyarakat pekerja di lingkungan tempat kerjanya, maka stress kerja juga merupakan isu aktual di berbagai lini industri di dunia. (Tarwaka, 2010)
Stress kerja dilatarbelakangi oleh berbagai hal, baik dari dalam diri pekerja maupun dari luar. Tidak jarang stress kerja disebabkan oleh berbagai penyebab (multiple causes), sehingga akibat yang muncul pun juga bergam pada setiap individu, baik menurunnya tingkat kewaspadaan hingga terjadinya kecelakaan kerja bahkan pemutusan hubungan kerja.
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang dapat timbul dari stress kerja, dan juga stress kerja dapat dialami oleh semua pekerja dari berbagai kalangan, penulis mengajukan laporan tentang “Pengukuran Stress Kerja Pada Kuli Bangunan Menggunakan Formulir Kuesioner”.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Penulis sebagai mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menguji dan melaksanakan keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori mata kuliah Kesehatan Kerja II.

2.      Tujuan Khusus
a.       Penulis sebagai mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampulan dalam pengukuran stress kerja dengan mengisi formulir kuesioner.

       C.    Manfaat

Memperoleh kemampuan dan keterampilan dalam emngukur dan menganalisa hasil pengukuran stress kerja dengan mengisi formulir kuesioner.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Tinjauan Pustaka
1.       Pengertian Stress Kerja
 Dalam bekerja hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Menurut Beer dan Newman (dalam Luthans, 1998), stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan.
Gibson dkk (1996), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003) merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling berkaitan. Selye (dalam Rice, 1992) menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
“Morgan & King (1986) say that job stress as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping & rdquo”
Definisi stres kerja menurut Morgan & King (1986) adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) juga mengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai.
Beehr dan Franz (dalam Retnaningtyas, 2005), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu. Ditambahkan lagi oleh Caplan, et al (dalam Rice, 1992) yang mengatakan bahwa stres kerja diakibatkan oleh jenis kerja yang mengancam pegawai.
Beberapa aspek penting yang perlu disoroti dalam stres kerja, yaitu :
1.             Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja Rousseau (dalam Rice, 1992).
2.             Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu (Rice, 1992).
3.             Memerlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut (Ivancevich, Matteson, Freedman, & Phillips, (dalam Rice, 1992)).
Stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye (dalam Rice, 1992) membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress yang merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat menimbulkan efek yang negatif, namun, pada umumnya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stres kerja memiliki lebih banyak dampak yang merugikan diri pegawai maupun perusahaan. Dampak merugikan yang diakibatkan oleh stres disebut juga dengan distress (Selye dalam Rice, 1992). Yang menjadi fokus dalam penelitian ini distress
2. Sumber Stres Kerja
Sumber stres kerja dikenal dengan job stressor yang sangat beragam dan reaksinya beragam pula pada setiap orang. Berikut ini beberapa sumber stres kerja menurut Cary Cooper (dalam Rice, 1992) yaitu :

a.       Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Quantitative work overload
Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
2)      Assembli line- hysteria
Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan tidak menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap pekerjaannya.
3)      Pengambilan keputusan dan tanggungjawab
Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan itu juga menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga dapat terjadi. Pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan yang harmonis.


b.      Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi dan pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya : sistem promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
c.       Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
d.      Hubungan antara pekerjaan dan rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres kerja. Denise Prosseau (dalam Rice, 1992). Spillover mengatakan kekurangan dukungan dari pasangan, konflik dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres dan karir.

2.      Pengaruh Stress Kerja
Reaksi stress terhadap seseorang sangat bervariasi danberbeda dari masing-masing orang yang menerimanya, perbedaan ini disebabkan beberapa faktor antara lain faktor psikologis dan sosial seseorang. Dari model yang ditemukan oleh Cooper and Marshall (1978) tanda-tanda stress di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a.       Pengaruh terhadap individu seseorang
1)      Reaksi emosional, dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak stabil.
2)      Reaksi perubahan kebiasaan, dalam keadaan stress atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permsalahan yang diterima yang terkadang memengaruhi kebiasaannya.
3)      Perubahan psikologis mengalami gangguan penyakit seperti sakit kepala, insomnia, hipertensi, maag.
b.      Pengaruh terhadap organisasi
Pada organisasi akan berpengaruh yang kurang baik, disini dapat dilihat dengan adanya tanda-tanda tingginya angka tidak masuk kerja, turn over, hubungan kerja yang sulit dan rendahnya kualitas pekerjaan.

3.      Pencegahan Stress di Tempat Kerja
NIOSH memberikan rekomendasi untuk dapat mengurangi stress khususnya di tempat kerja sebaga berikut:
a.       Pengaturan beban kerja yang sesuai
b.      Pengaturan jam kerja
c.       Kelangsungan karier
d.      Lingkungan sosial

4.      Kuesioner Stressor Indi vidu
Kuesioner ini didesain dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengetahui secara lebh awal kemungkinan penyebab terjadinya stress atau stressor di lingkungan kerja. Kuesioner ini dapat sebagai pertunjuk atau dapat memberikan indikasi , bahwa di tempat kerja apakah telah terjadi stress atau tidak.

5.      Penilaian Indikator Stress Kerja dengan Skoring
Pengukuran stress akibat kerja denganmenggunakan kuesioner dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan, stress individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat mempersentasikan populasi secara keseluruhan.

B.     Perundang-undangan
1.      Undang – undang Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970
2.      Undang-undang tentang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003
3.      Permenaker RI No. Per-01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4.      Permenaker RI No. Kep-333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.

BAB III
HASIL


B.     Standar Operasional Prosedur Praktikum

1.    Permintaan Izin
Sebelum kami meminta pekerja untuk mengisi kuesioner, terlebih dahulu kami meminta izin kepada yang berkenan.
2.    Pengisian Kuesioner
Memberikan kuesioner  kepada seorang pekerja bernama bpk. Kusmayadi, berumur 42 tahun. Kuesioner di berikan kepada satu orang pekerja dari 5 pekerja  bangunan yang ada, lokasi berada  di daerah Pucang Sawit, jumlah pernyataan yang di berikan ada 35 buah.  

3.    Perhitungan tingkat stress kerja dengan tabel berikut
Tingkat resiko stress
Total stress individu
Klasifikasi stress
Tindakan perbaikan
1
140-175
Rendah
Belum diperlukan adanya kontrol untuk perbaikan.
2
105-139
Sedang
Mungkin diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
3
70-104
Tinggi
Di perlukan kontrol terhadap stress di tempat kerja segara.
4
35-69
Sangat tinggi
Diperlukan kontrol terhadap stress secara  menyeluruh sesegera mungkin.

C.    Diskripsi Praktek
Pengukuran stress kerja menggunakan kuesioner yang di lakukan pada seorang pekerja bangunan. Kuesioner ini dapat digunkan untuk menilai tingkat stress individu pada kelompok kerja. Kuesioner di berikan kepada satu pekerja, menggunakan satu sampel dari sekitar 5 pekerja.
Setelah pekerja selesai melakukan pengisian kuesioner, Hasil  yang di dapat dari kuesioner yang di berikan kepada sampel maka diperoleh hasil yang termasuk dalam katagori klasifikasi stress rendah dan belum perlu dilakukan adanya kontrol untuk perbaikan.



D.    Hasil Kegiatan Praktek
1.      Hasil pengukuran
Kami mengambil sampel satu orang pekerja, lalu kami meminta pekerja tersebut utuk mengisi kuesioner yang kami berikan. Dan hasil yang di peroleh sebagai berikut :
Tabel hasil skoring kuesioner
Item
Skor
Item
Skor
1
5
19
5
2
5
20
1
3
5
21
5
4
5
22
5
5
5
23
5
6
5
23
5
7
5
24
5
8
2
25
5
9
1
26
5
10
5
27
5
11
5
28
5
12
5
29
5
13
5
30
2
14
2
31
5
15
5
32
5
16
4
33
5
17
5
34
3
18
5
35
5
KET :
Item : Butir Pertanyaan
Skor : Hasil nilai
Tabel berwarna merah menunujukkan pertanyaan negative
Tabel berwarna putih menunjukkan pertanyaan positive

2.      Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitung jumlah skoring  pada tabel di atas di dapat kan hasil total skoring adalah 155.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam hal ini, kami memberikan angket kuesioner kepada satu di antara lima pekerja kuli bangunan, karena jumlah populasi yang sedikit hanya berjumlah lima orang, hasil dari angket kuesioner ini representatif kepada seluruh pekerja  yang artinya hasil skoring kuesioner yang telah di isi oleh Pak Kusmayadi akan mewakili kondisi fisik pekerja yang lain. 
Sesuai dengan hasil kuesioner yang kami berikan pada satu pekerja, dapat diketahui bahwa tingkat resiko stress akibat kerja Pak Kusmayadi adalah rendah dengan skor 155 dan tingkat resiko stress  1. Dari skor ini dapat membuktikan bahwa  kondisi pekerjaan yang dilakukan Pak Kusmayadi dan pekerja lainnya belum waktunya dilakukan  kontrol untuk perbaikan. Meskipun terlihat pekerjaan yang dilakukan  berat, ternyata tigkat stress kerjanya rendah.
Tingkat resiko stress
Total stress individu
Klasifikasi stress
Tindakan perbaikan
1
140-175
Rendah
Belum diperlukan adanya kontrol untuk perbaikan.
2
105-139
Sedang
Mungkin diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
3
70-104
tinggi
Di perlukan kontrol terhadap stress di tempat kerja segara.
4
35-69
Sangat tinggi
Diperlukan kontrol terhadap stress secara  menyeluruh sesegera mungkin.














BAB V
SIMPULAN  DAN  SARAN

A.    Simpulan

Berdasarkan hasil yang didapat dari hasil skoring kuesioner yang di dapat disimpulkan bahwa pekrjaan kasar seperti pekerja bangunan tidak terlalu mengalami stress kerja yang tinggi bahkan masih dalam klasifikasi rendah dengan total skoring 155 point.
Pada tahap ini pekerja tidak memerlukan tindakan perbaikan yang berati, belum di perlukan adanya konrol untuk perbaikan.

B.     Saran  

Sebaiknya pekerja di berikan waktu istirahat yang cukup dan pengaturan jam makan dan minum , serta adanya penyesuaian terhadap kemampuan pekerja dengan pekerjaan yang akan di lakukan oleh pekerja tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : Sagung Seto
Tarwaka et al. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press.
Tarwaka. 2010 Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Solo.