Jumat, 18 Juli 2014

KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB SEBAGAI MANAJEMEN DIRI TERHADAP KONFLIK AKIBAT ADANYA KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA

| Paper |

Simbol Bintang Kejora Warnai Demo Papua di Manado
Penulis : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Selasa, 23 Oktober 2012 | 12:05 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_dibaca.gif
Kompas.com/Ronny Adolof Buol Simbol bendera papua merdeka terlihat diantara para pendemo yang dilakukan mahasiswa Papua di Sulawesi Utara. Pemakaian simbol bintang kejora tersebut sebagai ekspresi para pendemo yang menginginkan Papua merdeka
MANADO, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa mahasiswa Papua di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (23/10/2012) yang menuntut referendum Papua diwarnai dengan simbol bendera papua, Bintang Kejora. Beberapa pendemo terlihat memakai simbol bendera papua merdeka ini. 
Salah satu pendemo wanita yang mengecat wajahnya dengan simbol bintang kejora ketika ditanya mengatakan alasannya, "Saya memakai bendera ini karena kami menginginkan Papua merdeka."
Demo mahasiswa Papua saat berita ini ditayangkan masih berlangsung. Mereka yang meneriakkan yel yel menuntut referendem dan Papua merdeka. Mengambil start dari halaman Kantor Rektorat Universitas Sam Ratulangi mereka melakukan longmarch ke kantor DPRD Sulut.                             

Sepanjang jalan para pendemo meneriakkan tuntutan mereka. "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," teriak para pendemo. 
Editor :
Glori K. Wadrianto

***
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada berita di atas, nampaklah sebuah peristiwa di Indonesia timur, Manado, Sulawesi Utara, dimana para mahasiswa dari Papua yang melakukan aksi demonstrasi menuntut adanya referendum, dan Papua merdeka.
Tidak akan ada suatu demonstrasi tanpa adanya alasan, apa lagi jika isinya menuntut adanya referendum untuk kemerdekaan. Jadi, pastilah sebelumnya ada konflik yang belum atau bahkan tidak terselesaikan sejak dahulu dan menjadikan bom waktu di masa sekarang.
Referendum adalah pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan (politik). Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa referendum adalah penyerahan sesuatu kepada orang banyak, supaya mereka menentukannya ( jadi tidak diputuskan oleh rapat atau parlemen). Referendum yang dimaksudkan adalah jajah pendapat untuk memerdekakan Papua.
Pada orasinya, mereka mengatakan bahwa "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," hal tersebut menunjukkan bahwa ada diskriminasi atau pembedaan perlakuan yang cenderung merendahkan atau melecehkan orang Papua, sehingga mereka merasa tidak nyaman, tidak suka, serta tidak dapat menikmati haknya sebagaimana apa yang diharapkan sebagai pemenuhan kebutuhan rohani, hakikat manusia. Pada dasarnya mereka ingin hidup merdeka, bebas dari tekanan dan diskriminasi. Jadilah kebebasan itu yang menjadi titik tolak mereka. Namun, kebebasan seperti apakah yang seharusnya ada, sehingga bisa take and give dan tercipta kehidupan yang madani? Disini akan dibahas hal tersebut.
Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan ke-bhineka-an-nya, dimana dalam kebhinekaan itu pastilah tedapat berbagai macam keragaman yang sangat rentan dengan timbulnya konflik.
Oleh karenanya, sebagai mahasiswa, delegasi penerus berlangsungnya rumah tangga yang makmur di negeri tercinta, perlulah kita mengetahui, meng-kaji, memahami, serta menerapkan kebhinekaan, meletakkan pemahaman keragaman dan  kebebasan yang bertanggung jawab dan beretika pada pondasi yang tepat sehingga terjadinya konflik dapat kita hindari dan kita minimalisir semaksimal mungkin.
Sehingga, dalam penulisan paper ini, penulis memilih tema “ Kondisi Masyarakat Indonesia Masa Kini yang Rentan Konflik” dengan judul “ Kebebasan yang Bertanggung Jawab sebagai Manajemen Diri Terhadap Konflik Akibat Adanya Keanekaragaman Masyarakat di Indonesia”.

B.     Rumusan Masalah

Pada paper ini, dirumuskan beberapa masalah berikut:
1.      Apakah yang dimaksud kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar keduanya?
2.      Apakah yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman?
3.      Bagaimana perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman??

C.    Tujuan Penyusunan

Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk:
1.      Sebagai salah satu pemenuhan tugas ISBD KD 2 semester 1 program diploma Hiperkes dan KK tahun akademik 2012-2013.
2.      Memahami yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar keduanya.
3.      Memahami yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman.
4.      Memahami perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman.
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kebebasan dan Tanggung Jawab serta Hubungan antar Keduanya

1.      Kebebasan
Bebas berasal dari kata bebas, yang berarti lepas sama sekali (tidak teralang, terganggu, dsb shg boleh bergerak, bercakap, berbuat, dsb.dengan leluasa). Juga diartikan lepas dari (kewajiban, tuntutan, ketakutan, dsb), tidak terikat atau terbatas, merdeka (tidak diperintah atau dipengaruhi oleh negara lain). Dari sini nampaklah empiris dari kasus tersebut bahwa orang Papua menginginkan bebas.
Dan kebebasan itu juga dapat diartikan kemerdekaan atau keadaan bebas.
Kebebasan merupakan objek material dari etika. Karena etika memunyai objek material perilaku, perbuatan manusia yang secara sadar. Di sini terdapat pengertian bahwa etika berarti pula sikap untuk memahami pilihan-pilihan yang seharusnya diambil diantara sekian banyak pilihan bertingkah laku.
Etika tidak akan berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab. “Etika itu sendiri suatu perencanaan menyeluruh yang mengaitkan daya kekuatan alam dan masyarakat dengan bidang tanggung jawab manusiawi” (Van Peursen, 1967:193). Tanggung jawab hanya dapat dituntut apabila ada kebebasan untuk memilih.
a.       Bebas dalam paham negatif
Disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain. Paham seperti ini disebut negatif karena hanya dikatakan bebas dari apa dan tidak ditentukan bebas untuk apa.
Paham negatif tentang kebebasan memiliki arti empiric yang jelas. Orang itu bebas kalau kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain dengan bentuk paksaan atau tekanan.
b.      Bebas dalam arti positif
“Bebas tidak hanya dari sesuatu, melainkan juga untuk sesuatu” (Von Manis, 1979: 45-46), menyatakan keberatan atas paham positif kebebasan ini, dengan alasan untuk memperdalam pengertian tentang manusia. Tapi sebagai titik tolak sangat meragukan.
1.      Kata bebas kehilangan empiris yang jelas
2.      Hal tersebut akan digunakan sebagai dalih pembenaran pengekangan-pengekangan terhadap kebebasan.
Dikatakan seseorang disebut bebas apabila:
·      Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya.
·      Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
·      Tidak dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain negara atau kekuasaan apapun.
Ada tiga macam kebebasan, yaitu:
a.     Kebebasan jasmaniah
Tidak adanya paksaan menggerakkan badan. Jangkauannya ditentukan oleh kemampuan badan itu sendiri, tidak tak terbatas. Yang melanggarnya hanyalah paksaan, yaitu pembatasan oleh seorang atau lembaga masyarakat berdasarkan kekuatan jasmaniah yang ada padanya. Kebebasan ini dapat ditaklukkan oleh kekuatan fisik dari luar.
b.      Kebebasab kehendak
Kebebasan untuk menghendaki sesuatu. Jangkauannya dalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja juga dapat menghendaki apa saja. Kebebasan ini tidak dapat secara langsung dibatasi dari luar.
c.       Kebebasan moral
i.     Arti luas
Tidak adanya macam-macam ancaman, tekanan larangan dan desakan yang tidak sampai berupa paksaan fisik.
ii.   Arti sempit
Tidak adanya kewajiban. Dengan kata lain, dikatakan bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak itu tidak ada yang diwajibkan dan tidak ada yang dilarang (dalam islam dikatakan berhukum mubah).
2.      Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya.
Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab itu ciri manusia beradab (berbudaya).
Macam dari Tanggung jawab adalah:
a.       Tanggung jawab pada diri sendiri
b.      Tanggung jawab pada tuhannya
c.       Tanggung jawab pada keluarga
d.      Tanggung jawab pada masyarakat
e.       Tanggung jawab pada masyarakat

3.      Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Allah adalah satu-satunya yang kekal, imortal, dan berdaulat mutlak. Hal ini menjadi dorongan bagi manusia untuk mencapai kebudayaan yang paling tinggi. Manusia ingin kekal, imortal, dan berdaulat. Itu menyebabkan Mesir membuat mumi, dan Kaisar Qin Shi Huang mengutus orang untuk mencari obat agar tidak bisa mati. Unsur kedaulatan membuat manusia suka mengatur dan tidak suka diatur. Unsur kebebasan membuat manusia memiliki keinginan.Kebebasan itu baik; kebebasan itu indah; kebebasan itu hormat. Tetapi kebebasan sedemikian harus dipakai dengan bertanggung jawab. Kalau tidak, ia menjadi paling jahat, paling buruk dan paling hina. Para pemuda-pemudi harus mengerti prinsip dan sifat kebebasan ini. Allah yang bebas mutlak telah meletakkan kebebasan-Nya sinkron di bawah semua sifat moral-Nya. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan paradoks. Kebebasan itu suatu keputusan yang sangat krusial. Taklukkanlah kebebasan Anda di bawah kedaulatan Allah, maka kebebasan itu menjadi luar biasa indah.
Jadi, dalam menjalankan kebebasan yang dimiliki, atau banyak dikatakan sebagai hak, setiap manusia haruslah tetap berpegang pada tanggung jawabnya untuk melaksanakan kewajibannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menjalankan kebebasan dan tanggung jawab dapat berjalan seimbang dan tidak saling tumpang tindih dalam melakukan kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia. Karena perlu kita ketahui, bahwa dalam berbuat, bukan hanya diri sendiri yang harus bertanggung jawab atas itu, melainkan juga orang lain, tergantung pada apa yang kita lakukan.
Selain itu, tanggung jawab yang dimaksudkan adalah juga dalam menghormati orang lain. Dengan bertangggung jawab atas apa yang telah dilakukan, niscaya konflik dapat diminimalisir sedapat yang dilakukan.


B.       Manajemen Diri terhadap Konflik Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia

1.         Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Keanekaragaman masyarakat di Indonesia ditandai oleh antara lain adanya ratusan suku, bahasa, tradisi, adat istiadat, yang kesemuanya mengarah pada kebudayaan, nilai dan norma yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia, yang mana satu sama lain pasti terdapat banyak sekali perbedaan.

2.         Konflik
Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau kelompok untuk tujuan yang sama. Mengalahkan saingan nampaknya merupakan cara yang penting untuk mencapai tujuan. (Theodorson & Theodorson, 1979 : 71).
Menurut Kilmann & Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik adalah : “ Suatu kondisi ketidakcocokan obyektif antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara sengaja mengganggu upaya pencapaian tujuan, dan secara emosional mengandung suasana permusuhan.
3.         Manajemen diri
Manajemen diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar.

           
Jadi, kaitan antar ketiganya adalah pengendalian diri terhadap apa yang dimilikinya, yaitu kebebasannya untuk menekan antau mengantisipasi terjadinya konflik akibat adanya keanekaragaman masyarakat, terutama di Indonesia. Manajemen itu dapat berupa peningkatan pemahaman serta toleransi terhadap keanekaragaman yang ada, antara lain keragaman budaya, bahasa, adat, kebiasaan yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat.


C.    Perilaku Bebas yang Bertanggung Jawab dapat Menjadi Manajemen Diri terhadap Konflik akibat Keanekaragaman

Disini, keanekaragaman masyarakat dikatakan dapat memicu konflik adalah karena kondisi masyarakat di Indonesia yang sangat beragam, serta berbagai karakter pada setiap suku bahkan individu yang mana satu sama lain bila sebelumnya belum pernah saling tahu, apa lagi memahami dan kurangnya manajemen diri yang baik, dikatakan dapat memicu timbulnya konflik.
Adapun konflik yang muncul mayoritas karena adanya pelanggaran terhadap hak kewajiban antar individu, maupun kelompok. Pelanggaran itu dapat terjadi karena masing-masing individu terlalu meninggikan kebebasan yang dimilikinya tanpa diiringi tanggung jawab untuk menjalankan kewajibannya, yaitu menghormati hak dan kebudayaan satu sama lain. Selain itu juga rasa sombong yang tak jarang ada pada manusia karena peradaban, tingkatan masyarakat, atau perkembangan teknologi serta peningkatan perekonomian yang dimilikinya sudah lebih tinggi atau maju dari pada golongan masyarakat yang dilanggar kebebasannya.
Manajemen yang dapat dilaksanakan oleh setiap individu dalam rangka meminimalisir terjadinya konflik adalah berupa menyadari tanggung jawabnya dalam melakukan kebebasan yang dimilikinya sebagai manusia, antaralain kebebasannya dalam bersikap dan berucap. Selain itu juga seperti apa yang sebelumnya sudah dikatakan.
Jadi, disini yang terpenting adalah agar konflik akibat adanya keanekaragaman masyarakat di Indonesia dapat dikurangi dan tidak jadi masyarakat yang rentan konflik, adalah dengan memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, serta menyadari bahwa sesungguhnya ada kesetaraan kedudukan setiap manusia.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan pada bahasan paper  yang berjudul  “Kebebasan yang Bertanggung Jawab Sebagai Manajemen Diri terhadap Konflik Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia” adalah apabila setiap individu yang merupakan unsur dari masyarakat melakukan kebebasannya sesuai dengan hak yang dimilikinya dengan baik dan bertanggung jawab, dalam artian tidak melakukan pelanggaran terhadap hak yang dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat atau suku lain, merupakan salah satu bentuk manajemen diri atau kontrol diri terhadap timbul atau terjadinya konflik atau permasalahan akibat adanya keanekaragaman masyarakat di Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang tidak mudah disulut konflik dan terciptalah kondisi suatu masyarakat yang madani. Dan tak ada lagi konflik semacam yang ada pada berita pengantar penulisan paper ini.


DAFTAR PUSTAKA

Lalu, Yosef Pr, 2010, Makna Hidup Dalam Terang Katolik I, Yogyakarta:Konisius.
Tim MGBK, Provinsi Jakarta, -, Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada SMP I, Jakarta: Grasindo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar