Simbol
Bintang Kejora Warnai Demo Papua di Manado
Penulis :
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Selasa, 23 Oktober 2012 | 12:05 WIB
![http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/icon_dibaca.gif](file:///C:/Users/Core/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Kompas.com/Ronny
Adolof Buol Simbol bendera papua merdeka terlihat diantara para pendemo yang
dilakukan mahasiswa Papua di Sulawesi Utara. Pemakaian simbol bintang kejora
tersebut sebagai ekspresi para pendemo yang menginginkan Papua merdeka
MANADO, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa mahasiswa Papua
di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (23/10/2012) yang menuntut referendum Papua
diwarnai dengan simbol bendera papua, Bintang Kejora. Beberapa pendemo terlihat
memakai simbol bendera papua merdeka ini.
Salah satu pendemo wanita yang mengecat wajahnya dengan simbol bintang kejora ketika ditanya mengatakan alasannya, "Saya memakai bendera ini karena kami menginginkan Papua merdeka."
Salah satu pendemo wanita yang mengecat wajahnya dengan simbol bintang kejora ketika ditanya mengatakan alasannya, "Saya memakai bendera ini karena kami menginginkan Papua merdeka."
Demo mahasiswa Papua saat berita ini ditayangkan masih berlangsung. Mereka
yang meneriakkan yel yel menuntut referendem dan Papua merdeka. Mengambil start
dari halaman Kantor Rektorat Universitas Sam Ratulangi mereka melakukan longmarch
ke kantor DPRD Sulut.
Sepanjang jalan para pendemo meneriakkan tuntutan mereka. "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," teriak para pendemo.
Sepanjang jalan para pendemo meneriakkan tuntutan mereka. "Kami bukan binatang, kami ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," teriak para pendemo.
Editor :
Glori K.
Wadrianto
***
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
berita di atas, nampaklah sebuah peristiwa di Indonesia timur, Manado, Sulawesi
Utara, dimana para mahasiswa dari Papua yang melakukan aksi demonstrasi
menuntut adanya referendum, dan Papua merdeka.
Tidak
akan ada suatu demonstrasi tanpa adanya alasan, apa lagi jika isinya menuntut
adanya referendum untuk kemerdekaan. Jadi, pastilah sebelumnya ada konflik yang
belum atau bahkan tidak terselesaikan sejak dahulu dan menjadikan bom waktu di
masa sekarang.
Referendum
adalah pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan (politik). Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa referendum adalah penyerahan sesuatu
kepada orang banyak, supaya mereka menentukannya ( jadi tidak diputuskan oleh
rapat atau parlemen). Referendum yang dimaksudkan adalah jajah pendapat untuk
memerdekakan Papua.
Pada
orasinya, mereka mengatakan bahwa "Kami bukan binatang, kami
ingin dihargai sama dengan warga negara lainnya," hal tersebut menunjukkan
bahwa ada diskriminasi atau pembedaan perlakuan yang cenderung merendahkan atau
melecehkan orang Papua, sehingga mereka merasa tidak nyaman, tidak suka, serta
tidak dapat menikmati haknya sebagaimana apa yang diharapkan sebagai pemenuhan kebutuhan
rohani, hakikat manusia. Pada dasarnya mereka ingin hidup merdeka, bebas dari
tekanan dan diskriminasi. Jadilah kebebasan itu yang menjadi titik tolak
mereka. Namun, kebebasan seperti apakah yang seharusnya ada, sehingga bisa take and give dan tercipta kehidupan
yang madani? Disini akan dibahas hal tersebut.
Indonesia
adalah bangsa yang terkenal dengan ke-bhineka-an-nya, dimana dalam kebhinekaan
itu pastilah tedapat berbagai macam keragaman yang sangat rentan dengan
timbulnya konflik.
Oleh
karenanya, sebagai mahasiswa, delegasi penerus berlangsungnya rumah tangga yang
makmur di negeri tercinta, perlulah kita mengetahui, meng-kaji, memahami, serta
menerapkan kebhinekaan, meletakkan pemahaman keragaman dan kebebasan yang bertanggung jawab dan beretika
pada pondasi yang tepat sehingga terjadinya konflik dapat kita hindari dan kita
minimalisir semaksimal mungkin.
Sehingga,
dalam penulisan paper ini, penulis memilih tema “ Kondisi Masyarakat Indonesia
Masa Kini yang Rentan Konflik” dengan judul “ Kebebasan yang Bertanggung Jawab
sebagai Manajemen Diri Terhadap Konflik Akibat Adanya Keanekaragaman Masyarakat
di Indonesia”.
B.
Rumusan
Masalah
Pada paper ini,
dirumuskan beberapa masalah berikut:
1. Apakah
yang dimaksud kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar keduanya?
2. Apakah
yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman?
3. Bagaimana
perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap
konflik akibat adanya keanekaragaman??
C.
Tujuan
Penyusunan
Tujuan dari penyusunan
paper ini adalah untuk:
1. Sebagai
salah satu pemenuhan tugas ISBD KD 2 semester 1 program diploma Hiperkes dan KK
tahun akademik 2012-2013.
2. Memahami
yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab serta hubungan antar
keduanya.
3. Memahami
yang dimaksud manajemen diri terhadap konflik akibat adanya keanekaragaman.
4. Memahami
perilaku bebas yang bertanggung jawab dapat menjadi manajemen diri terhadap
konflik akibat adanya keanekaragaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebebasan
dan Tanggung Jawab serta Hubungan antar Keduanya
1. Kebebasan
Bebas berasal dari kata
bebas, yang berarti lepas sama sekali (tidak teralang, terganggu, dsb shg boleh
bergerak, bercakap, berbuat, dsb.dengan leluasa). Juga diartikan lepas dari
(kewajiban, tuntutan, ketakutan, dsb), tidak terikat atau terbatas, merdeka
(tidak diperintah atau dipengaruhi oleh negara lain). Dari sini nampaklah
empiris dari kasus tersebut bahwa orang Papua menginginkan bebas.
Dan kebebasan itu juga
dapat diartikan kemerdekaan atau keadaan bebas.
Kebebasan merupakan
objek material dari etika. Karena etika memunyai objek material perilaku,
perbuatan manusia yang secara sadar. Di sini terdapat pengertian bahwa etika
berarti pula sikap untuk memahami pilihan-pilihan yang seharusnya diambil
diantara sekian banyak pilihan bertingkah laku.
Etika tidak akan
berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab. “Etika itu sendiri suatu
perencanaan menyeluruh yang mengaitkan daya kekuatan alam dan masyarakat dengan
bidang tanggung jawab manusiawi” (Van Peursen, 1967:193). Tanggung jawab hanya
dapat dituntut apabila ada kebebasan untuk memilih.
a. Bebas
dalam paham negatif
Disebut bebas apabila
kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari
atau keterikatan kepada orang lain. Paham seperti ini disebut negatif karena
hanya dikatakan bebas dari apa dan tidak ditentukan bebas untuk apa.
Paham negatif tentang
kebebasan memiliki arti empiric yang jelas. Orang itu bebas kalau
kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain dengan
bentuk paksaan atau tekanan.
b. Bebas
dalam arti positif
“Bebas tidak hanya dari
sesuatu, melainkan juga untuk sesuatu” (Von Manis, 1979: 45-46), menyatakan
keberatan atas paham positif kebebasan ini, dengan alasan untuk memperdalam
pengertian tentang manusia. Tapi sebagai titik tolak sangat meragukan.
1. Kata
bebas kehilangan empiris yang jelas
2. Hal
tersebut akan digunakan sebagai dalih pembenaran pengekangan-pengekangan
terhadap kebebasan.
Dikatakan
seseorang disebut bebas apabila:
· Dapat
menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya.
· Dapat
memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
· Tidak
dipaksa/terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri, oleh
kehendak orang lain negara atau kekuasaan apapun.
Ada
tiga macam kebebasan, yaitu:
a. Kebebasan
jasmaniah
Tidak adanya paksaan
menggerakkan badan. Jangkauannya ditentukan oleh kemampuan badan itu sendiri,
tidak tak terbatas. Yang melanggarnya hanyalah paksaan, yaitu pembatasan oleh
seorang atau lembaga masyarakat berdasarkan kekuatan jasmaniah yang ada
padanya. Kebebasan ini dapat ditaklukkan oleh kekuatan fisik dari luar.
b. Kebebasab
kehendak
Kebebasan untuk
menghendaki sesuatu. Jangkauannya dalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk
berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja juga dapat menghendaki apa
saja. Kebebasan ini tidak dapat secara langsung dibatasi dari luar.
c. Kebebasan
moral
i. Arti
luas
Tidak adanya
macam-macam ancaman, tekanan larangan dan desakan yang tidak sampai berupa
paksaan fisik.
ii. Arti
sempit
Tidak adanya kewajiban.
Dengan kata lain, dikatakan bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk
bertindak itu tidak ada yang diwajibkan dan tidak ada yang dilarang (dalam
islam dikatakan berhukum mubah).
2. Tanggung
jawab
Tanggung
jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta
menanggung akibatnya.
Seseorang mau bertanggung jawab karena
ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan
akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena
manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggung jawab
itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa
setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab itu ciri manusia beradab (berbudaya).
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab itu ciri manusia beradab (berbudaya).
Macam dari Tanggung jawab adalah:
a.
Tanggung jawab pada diri sendiri
b.
Tanggung jawab pada tuhannya
c.
Tanggung jawab pada keluarga
d.
Tanggung jawab pada masyarakat
e.
Tanggung jawab pada masyarakat
3.
Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Allah
adalah satu-satunya yang kekal, imortal, dan berdaulat mutlak. Hal ini menjadi
dorongan bagi manusia untuk mencapai kebudayaan yang paling tinggi. Manusia
ingin kekal, imortal, dan berdaulat. Itu menyebabkan Mesir membuat mumi, dan
Kaisar Qin Shi Huang mengutus orang untuk mencari obat agar tidak bisa mati.
Unsur kedaulatan membuat manusia suka mengatur dan tidak suka diatur. Unsur
kebebasan membuat manusia memiliki keinginan.Kebebasan itu baik; kebebasan itu
indah; kebebasan itu hormat. Tetapi kebebasan sedemikian harus dipakai dengan
bertanggung jawab. Kalau tidak, ia menjadi paling jahat, paling buruk dan
paling hina. Para pemuda-pemudi harus mengerti prinsip dan sifat kebebasan ini.
Allah yang bebas mutlak telah meletakkan kebebasan-Nya sinkron di bawah semua
sifat moral-Nya. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan paradoks. Kebebasan itu
suatu keputusan yang sangat krusial. Taklukkanlah kebebasan Anda di bawah
kedaulatan Allah, maka kebebasan itu menjadi luar biasa indah.
Jadi,
dalam menjalankan kebebasan yang dimiliki, atau banyak dikatakan sebagai hak,
setiap manusia haruslah tetap berpegang pada tanggung jawabnya untuk
melaksanakan kewajibannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menjalankan kebebasan
dan tanggung jawab dapat berjalan seimbang dan tidak saling tumpang tindih
dalam melakukan kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia. Karena perlu kita
ketahui, bahwa dalam berbuat, bukan hanya diri sendiri yang harus bertanggung
jawab atas itu, melainkan juga orang lain, tergantung pada apa yang kita
lakukan.
Selain
itu, tanggung jawab yang dimaksudkan adalah juga dalam menghormati orang lain.
Dengan bertangggung jawab atas apa yang telah dilakukan, niscaya konflik dapat
diminimalisir sedapat yang dilakukan.
B. Manajemen Diri terhadap Konflik
Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
1.
Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
Multikulturalisme adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di
dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap
adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan
masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut.
Keanekaragaman
masyarakat di Indonesia ditandai oleh antara lain adanya ratusan suku, bahasa,
tradisi, adat istiadat, yang kesemuanya mengarah pada kebudayaan, nilai dan
norma yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia, yang mana satu sama lain
pasti terdapat banyak sekali perbedaan.
2.
Konflik
Konflik
adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan
atau kelompok untuk tujuan yang sama. Mengalahkan saingan nampaknya merupakan
cara yang penting untuk mencapai tujuan. (Theodorson & Theodorson, 1979 :
71).
Menurut
Kilmann & Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik
adalah : “ Suatu kondisi ketidakcocokan obyektif antara nilai-nilai atau
tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara sengaja mengganggu upaya pencapaian
tujuan, dan secara emosional mengandung suasana permusuhan.
3.
Manajemen diri
Manajemen
diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang
dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang
tidak baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar.
Jadi,
kaitan antar ketiganya adalah pengendalian diri terhadap apa yang dimilikinya,
yaitu kebebasannya untuk menekan antau mengantisipasi terjadinya konflik akibat
adanya keanekaragaman masyarakat, terutama di Indonesia. Manajemen itu dapat
berupa peningkatan pemahaman serta toleransi terhadap keanekaragaman yang ada,
antara lain keragaman budaya, bahasa, adat, kebiasaan yang dimiliki oleh suatu
kelompok masyarakat.
C. Perilaku Bebas yang Bertanggung
Jawab dapat Menjadi Manajemen Diri terhadap Konflik akibat Keanekaragaman
Disini, keanekaragaman masyarakat
dikatakan dapat memicu konflik adalah karena kondisi masyarakat di Indonesia
yang sangat beragam, serta berbagai karakter pada setiap suku bahkan individu
yang mana satu sama lain bila sebelumnya belum pernah saling tahu, apa lagi
memahami dan kurangnya manajemen diri yang baik, dikatakan dapat memicu
timbulnya konflik.
Adapun konflik yang muncul mayoritas
karena adanya pelanggaran terhadap hak kewajiban antar individu, maupun
kelompok. Pelanggaran itu dapat terjadi karena masing-masing individu terlalu
meninggikan kebebasan yang dimilikinya tanpa diiringi tanggung jawab untuk
menjalankan kewajibannya, yaitu menghormati hak dan kebudayaan satu sama lain.
Selain itu juga rasa sombong yang tak jarang ada pada manusia karena peradaban,
tingkatan masyarakat, atau perkembangan teknologi serta peningkatan
perekonomian yang dimilikinya sudah lebih tinggi atau maju dari pada golongan
masyarakat yang dilanggar kebebasannya.
Manajemen
yang dapat dilaksanakan oleh setiap individu dalam rangka meminimalisir
terjadinya konflik adalah berupa menyadari tanggung jawabnya dalam melakukan
kebebasan yang dimilikinya sebagai manusia, antaralain kebebasannya dalam
bersikap dan berucap. Selain itu juga seperti apa yang sebelumnya sudah
dikatakan.
Jadi,
disini yang terpenting adalah agar konflik akibat adanya keanekaragaman
masyarakat di Indonesia dapat dikurangi dan tidak jadi masyarakat yang rentan
konflik, adalah dengan memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, serta
menyadari bahwa sesungguhnya ada kesetaraan kedudukan setiap manusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan pada bahasan paper yang berjudul
“Kebebasan yang Bertanggung Jawab Sebagai Manajemen Diri terhadap
Konflik Akibat Keanekaragaman Masyarakat Indonesia” adalah apabila setiap
individu yang merupakan unsur dari masyarakat melakukan kebebasannya sesuai
dengan hak yang dimilikinya dengan baik dan bertanggung jawab, dalam artian
tidak melakukan pelanggaran terhadap hak yang dimiliki oleh individu atau
kelompok masyarakat atau suku lain, merupakan salah satu bentuk manajemen diri
atau kontrol diri terhadap timbul atau terjadinya konflik atau permasalahan
akibat adanya keanekaragaman masyarakat di Indonesia. Sehingga masyarakat
Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang tidak mudah disulut konflik dan
terciptalah kondisi suatu masyarakat yang madani. Dan tak ada lagi konflik
semacam yang ada pada berita pengantar penulisan paper ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lalu,
Yosef Pr, 2010, Makna Hidup Dalam Terang Katolik I, Yogyakarta:Konisius.
Tim
MGBK, Provinsi Jakarta, -, Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada SMP I,
Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar