Jumat, 18 Juli 2014

PENGUKURAN STRESS KERJA PADA KULI BANGUNAN MENGGUNAKAN FORMULIR KUESIONER

A.    Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri semakin ketat dan keras. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang sangat kompleks. Perubahan alih teknologi masyarakat agraris menuju masyarakat insustri, masyarakat industri menuju masyarakat informasi, teknologi menjadi teknologi tinggi, dimana ekonomi dunia berpengaruh sekali dalam ekonomi dalam negeri, dan lain-lain.
Keadaan tersebut memaksa jutaan manusia harus berhadapan dengan teknologi tinggi secara tiba-tiba yang mana kebanyakan dari masyarakat belum siap dengan merubahan yang menyeluruh dalam waktu relatif singkat, sehingga muncullah berbagai masalah yang banyak dikatakan bermuara pada terjadinya stress. Karena hal tersebut juga banyak terjadi pada masyarakat pekerja di lingkungan tempat kerjanya, maka stress kerja juga merupakan isu aktual di berbagai lini industri di dunia. (Tarwaka, 2010)
Stress kerja dilatarbelakangi oleh berbagai hal, baik dari dalam diri pekerja maupun dari luar. Tidak jarang stress kerja disebabkan oleh berbagai penyebab (multiple causes), sehingga akibat yang muncul pun juga bergam pada setiap individu, baik menurunnya tingkat kewaspadaan hingga terjadinya kecelakaan kerja bahkan pemutusan hubungan kerja.
Mengingat begitu kompleksnya masalah yang dapat timbul dari stress kerja, dan juga stress kerja dapat dialami oleh semua pekerja dari berbagai kalangan, penulis mengajukan laporan tentang “Pengukuran Stress Kerja Pada Kuli Bangunan Menggunakan Formulir Kuesioner”.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Penulis sebagai mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menguji dan melaksanakan keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori mata kuliah Kesehatan Kerja II.

2.      Tujuan Khusus
a.       Penulis sebagai mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampulan dalam pengukuran stress kerja dengan mengisi formulir kuesioner.

       C.    Manfaat

Memperoleh kemampuan dan keterampilan dalam emngukur dan menganalisa hasil pengukuran stress kerja dengan mengisi formulir kuesioner.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Tinjauan Pustaka
1.       Pengertian Stress Kerja
 Dalam bekerja hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Menurut Beer dan Newman (dalam Luthans, 1998), stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan.
Gibson dkk (1996), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003) merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling berkaitan. Selye (dalam Rice, 1992) menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
“Morgan & King (1986) say that job stress as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping & rdquo”
Definisi stres kerja menurut Morgan & King (1986) adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) juga mengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai.
Beehr dan Franz (dalam Retnaningtyas, 2005), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu. Ditambahkan lagi oleh Caplan, et al (dalam Rice, 1992) yang mengatakan bahwa stres kerja diakibatkan oleh jenis kerja yang mengancam pegawai.
Beberapa aspek penting yang perlu disoroti dalam stres kerja, yaitu :
1.             Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja Rousseau (dalam Rice, 1992).
2.             Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu (Rice, 1992).
3.             Memerlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut (Ivancevich, Matteson, Freedman, & Phillips, (dalam Rice, 1992)).
Stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye (dalam Rice, 1992) membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress yang merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat menimbulkan efek yang negatif, namun, pada umumnya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stres kerja memiliki lebih banyak dampak yang merugikan diri pegawai maupun perusahaan. Dampak merugikan yang diakibatkan oleh stres disebut juga dengan distress (Selye dalam Rice, 1992). Yang menjadi fokus dalam penelitian ini distress
2. Sumber Stres Kerja
Sumber stres kerja dikenal dengan job stressor yang sangat beragam dan reaksinya beragam pula pada setiap orang. Berikut ini beberapa sumber stres kerja menurut Cary Cooper (dalam Rice, 1992) yaitu :

a.       Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work overload, qualitative work overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan, kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Quantitative work overload
Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik pegawai melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
2)      Assembli line- hysteria
Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan tidak menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap pekerjaannya.
3)      Pengambilan keputusan dan tanggungjawab
Pengambilan keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai sering membuat seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan itu juga menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga dapat terjadi. Pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan yang harmonis.


b.      Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan karier kerjanya, yang ditujukan pada pencapaian prestasi dan pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Apabila perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya : sistem promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
c.       Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila diberlakukan secara kaku, pihak manajemen kurang memperdulikan inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
d.      Hubungan antara pekerjaan dan rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan membangun dan mengumpulkan semangat dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres kerja. Denise Prosseau (dalam Rice, 1992). Spillover mengatakan kekurangan dukungan dari pasangan, konflik dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres dan karir.

2.      Pengaruh Stress Kerja
Reaksi stress terhadap seseorang sangat bervariasi danberbeda dari masing-masing orang yang menerimanya, perbedaan ini disebabkan beberapa faktor antara lain faktor psikologis dan sosial seseorang. Dari model yang ditemukan oleh Cooper and Marshall (1978) tanda-tanda stress di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a.       Pengaruh terhadap individu seseorang
1)      Reaksi emosional, dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak stabil.
2)      Reaksi perubahan kebiasaan, dalam keadaan stress atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permsalahan yang diterima yang terkadang memengaruhi kebiasaannya.
3)      Perubahan psikologis mengalami gangguan penyakit seperti sakit kepala, insomnia, hipertensi, maag.
b.      Pengaruh terhadap organisasi
Pada organisasi akan berpengaruh yang kurang baik, disini dapat dilihat dengan adanya tanda-tanda tingginya angka tidak masuk kerja, turn over, hubungan kerja yang sulit dan rendahnya kualitas pekerjaan.

3.      Pencegahan Stress di Tempat Kerja
NIOSH memberikan rekomendasi untuk dapat mengurangi stress khususnya di tempat kerja sebaga berikut:
a.       Pengaturan beban kerja yang sesuai
b.      Pengaturan jam kerja
c.       Kelangsungan karier
d.      Lingkungan sosial

4.      Kuesioner Stressor Indi vidu
Kuesioner ini didesain dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengetahui secara lebh awal kemungkinan penyebab terjadinya stress atau stressor di lingkungan kerja. Kuesioner ini dapat sebagai pertunjuk atau dapat memberikan indikasi , bahwa di tempat kerja apakah telah terjadi stress atau tidak.

5.      Penilaian Indikator Stress Kerja dengan Skoring
Pengukuran stress akibat kerja denganmenggunakan kuesioner dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan, stress individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat mempersentasikan populasi secara keseluruhan.

B.     Perundang-undangan
1.      Undang – undang Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970
2.      Undang-undang tentang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003
3.      Permenaker RI No. Per-01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4.      Permenaker RI No. Kep-333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.

BAB III
HASIL


B.     Standar Operasional Prosedur Praktikum

1.    Permintaan Izin
Sebelum kami meminta pekerja untuk mengisi kuesioner, terlebih dahulu kami meminta izin kepada yang berkenan.
2.    Pengisian Kuesioner
Memberikan kuesioner  kepada seorang pekerja bernama bpk. Kusmayadi, berumur 42 tahun. Kuesioner di berikan kepada satu orang pekerja dari 5 pekerja  bangunan yang ada, lokasi berada  di daerah Pucang Sawit, jumlah pernyataan yang di berikan ada 35 buah.  

3.    Perhitungan tingkat stress kerja dengan tabel berikut
Tingkat resiko stress
Total stress individu
Klasifikasi stress
Tindakan perbaikan
1
140-175
Rendah
Belum diperlukan adanya kontrol untuk perbaikan.
2
105-139
Sedang
Mungkin diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
3
70-104
Tinggi
Di perlukan kontrol terhadap stress di tempat kerja segara.
4
35-69
Sangat tinggi
Diperlukan kontrol terhadap stress secara  menyeluruh sesegera mungkin.

C.    Diskripsi Praktek
Pengukuran stress kerja menggunakan kuesioner yang di lakukan pada seorang pekerja bangunan. Kuesioner ini dapat digunkan untuk menilai tingkat stress individu pada kelompok kerja. Kuesioner di berikan kepada satu pekerja, menggunakan satu sampel dari sekitar 5 pekerja.
Setelah pekerja selesai melakukan pengisian kuesioner, Hasil  yang di dapat dari kuesioner yang di berikan kepada sampel maka diperoleh hasil yang termasuk dalam katagori klasifikasi stress rendah dan belum perlu dilakukan adanya kontrol untuk perbaikan.



D.    Hasil Kegiatan Praktek
1.      Hasil pengukuran
Kami mengambil sampel satu orang pekerja, lalu kami meminta pekerja tersebut utuk mengisi kuesioner yang kami berikan. Dan hasil yang di peroleh sebagai berikut :
Tabel hasil skoring kuesioner
Item
Skor
Item
Skor
1
5
19
5
2
5
20
1
3
5
21
5
4
5
22
5
5
5
23
5
6
5
23
5
7
5
24
5
8
2
25
5
9
1
26
5
10
5
27
5
11
5
28
5
12
5
29
5
13
5
30
2
14
2
31
5
15
5
32
5
16
4
33
5
17
5
34
3
18
5
35
5
KET :
Item : Butir Pertanyaan
Skor : Hasil nilai
Tabel berwarna merah menunujukkan pertanyaan negative
Tabel berwarna putih menunjukkan pertanyaan positive

2.      Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitung jumlah skoring  pada tabel di atas di dapat kan hasil total skoring adalah 155.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam hal ini, kami memberikan angket kuesioner kepada satu di antara lima pekerja kuli bangunan, karena jumlah populasi yang sedikit hanya berjumlah lima orang, hasil dari angket kuesioner ini representatif kepada seluruh pekerja  yang artinya hasil skoring kuesioner yang telah di isi oleh Pak Kusmayadi akan mewakili kondisi fisik pekerja yang lain. 
Sesuai dengan hasil kuesioner yang kami berikan pada satu pekerja, dapat diketahui bahwa tingkat resiko stress akibat kerja Pak Kusmayadi adalah rendah dengan skor 155 dan tingkat resiko stress  1. Dari skor ini dapat membuktikan bahwa  kondisi pekerjaan yang dilakukan Pak Kusmayadi dan pekerja lainnya belum waktunya dilakukan  kontrol untuk perbaikan. Meskipun terlihat pekerjaan yang dilakukan  berat, ternyata tigkat stress kerjanya rendah.
Tingkat resiko stress
Total stress individu
Klasifikasi stress
Tindakan perbaikan
1
140-175
Rendah
Belum diperlukan adanya kontrol untuk perbaikan.
2
105-139
Sedang
Mungkin diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
3
70-104
tinggi
Di perlukan kontrol terhadap stress di tempat kerja segara.
4
35-69
Sangat tinggi
Diperlukan kontrol terhadap stress secara  menyeluruh sesegera mungkin.














BAB V
SIMPULAN  DAN  SARAN

A.    Simpulan

Berdasarkan hasil yang didapat dari hasil skoring kuesioner yang di dapat disimpulkan bahwa pekrjaan kasar seperti pekerja bangunan tidak terlalu mengalami stress kerja yang tinggi bahkan masih dalam klasifikasi rendah dengan total skoring 155 point.
Pada tahap ini pekerja tidak memerlukan tindakan perbaikan yang berati, belum di perlukan adanya konrol untuk perbaikan.

B.     Saran  

Sebaiknya pekerja di berikan waktu istirahat yang cukup dan pengaturan jam makan dan minum , serta adanya penyesuaian terhadap kemampuan pekerja dengan pekerjaan yang akan di lakukan oleh pekerja tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : Sagung Seto
Tarwaka et al. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press.
Tarwaka. 2010 Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Solo. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar