A.
Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi
dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri
semakin ketat dan keras. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan yang
sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang sangat kompleks. Perubahan
alih teknologi masyarakat agraris menuju masyarakat insustri, masyarakat
industri menuju masyarakat informasi, teknologi menjadi teknologi tinggi,
dimana ekonomi dunia berpengaruh sekali dalam ekonomi dalam negeri, dan
lain-lain.
Keadaan tersebut
memaksa jutaan manusia harus berhadapan dengan teknologi tinggi secara
tiba-tiba yang mana kebanyakan dari masyarakat belum siap dengan merubahan yang
menyeluruh dalam waktu relatif singkat, sehingga muncullah berbagai masalah
yang banyak dikatakan bermuara pada terjadinya stress. Karena hal tersebut juga
banyak terjadi pada masyarakat pekerja di lingkungan tempat kerjanya, maka
stress kerja juga merupakan isu aktual di berbagai lini industri di dunia.
(Tarwaka, 2010)
Stress kerja dilatarbelakangi
oleh berbagai hal, baik dari dalam diri pekerja maupun dari luar. Tidak jarang
stress kerja disebabkan oleh berbagai penyebab (multiple causes), sehingga akibat yang muncul pun juga bergam pada
setiap individu, baik menurunnya tingkat kewaspadaan hingga terjadinya
kecelakaan kerja bahkan pemutusan hubungan kerja.
Mengingat begitu
kompleksnya masalah yang dapat timbul dari stress kerja, dan juga stress kerja
dapat dialami oleh semua pekerja dari berbagai kalangan, penulis mengajukan
laporan tentang “Pengukuran Stress Kerja Pada Kuli Bangunan Menggunakan
Formulir Kuesioner”.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Penulis
sebagai mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menguji dan
melaksanakan keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori mata kuliah Kesehatan
Kerja II.
2.
Tujuan Khusus
a.
Penulis sebagai
mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampulan dalam pengukuran stress kerja
dengan mengisi formulir kuesioner.
C.
Manfaat
Memperoleh
kemampuan dan keterampilan dalam emngukur dan menganalisa hasil pengukuran
stress kerja dengan mengisi formulir kuesioner.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Tinjauan
Pustaka
1. Pengertian Stress Kerja
Dalam bekerja hampir
setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Menurut
Beer dan Newman (dalam Luthans, 1998), stres kerja adalah suatu kondisi yang
muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat
ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang
terjadi dalam perusahaan.
Gibson
dkk (1996), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian
diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan),
situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik
berlebihan kepada seseorang.
Stres
kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003) merupakan suatu proses yang
kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu
sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling
berkaitan. Selye (dalam Rice, 1992) menyatakan bahwa stres kerja dapat
diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu
berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
“Morgan
& King (1986) say that job stress “as an internal state which can
be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise,
extremes of temperature, and the like) or by environmental and social
situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or
exceeding our resources for coping & rdquo”
Definisi
stres kerja menurut Morgan & King (1986) adalah suatu keadaan yang bersifat
internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan
situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) juga
mengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal
atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai
pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai.
Beehr dan Franz
(dalam Retnaningtyas, 2005), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses
yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena
pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu. Ditambahkan lagi oleh
Caplan, et al (dalam Rice, 1992) yang mengatakan bahwa stres kerja diakibatkan
oleh jenis kerja yang mengancam pegawai.
Beberapa aspek penting yang perlu
disoroti dalam stres kerja, yaitu :
1.
Urusan stres yang dialami melibatkan
juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun
penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang
terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga
menjadi penyebab stres kerja Rousseau (dalam Rice, 1992).
2.
Mengakibatkan dampak negatif bagi
perusahaan dan juga individu (Rice, 1992).
3.
Memerlukan kerjasama antara kedua belah
pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut (Ivancevich, Matteson,
Freedman, & Phillips, (dalam Rice, 1992)).
Stres kerja tidak selalu membuahkan
hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye (dalam Rice, 1992) membedakan
stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress yang
merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang
tinggi. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat menimbulkan efek yang
negatif, namun, pada umumnya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stres kerja
memiliki lebih banyak dampak yang merugikan diri pegawai maupun perusahaan.
Dampak merugikan yang diakibatkan oleh stres disebut juga dengan distress (Selye
dalam Rice, 1992). Yang menjadi fokus dalam penelitian ini distress
2. Sumber Stres
Kerja
Sumber
stres kerja dikenal dengan job stressor yang sangat beragam dan
reaksinya beragam pula pada setiap orang. Berikut ini beberapa sumber stres
kerja menurut Cary Cooper (dalam Rice, 1992) yaitu :
a.
Kondisi Kerja
Kondisi kerja ini
meliputi kondisi kerja quantitative work overload, qualitative work
overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan, kondisi
fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja, dan kemajuan teknologi (technostres).
Pengertian dari masing-masing
kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Quantitative work overload
Work
overload (beban
kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu quantitative dan qualitative
overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik pegawai melebihi
kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai harus menyelesaikan pekerjaan
yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi
ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
2)
Assembli line- hysteria
Beban
kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan tidak
menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap pekerjaannya.
3)
Pengambilan keputusan dan tanggungjawab
Pengambilan
keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai sering membuat
seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan itu
juga menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga dapat
terjadi. Pihak manajemen maupun keluarga diyakini dapat menghambat timbulnya
stres. Dengan demikian perlu kepedulian dari pihak manjemen pada pegawai agar
selalu tercipta hubungan yang harmonis.
b.
Perkembangan Karier
Pegawai
biasnya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan karier kerjanya, yang
ditujukan pada pencapaian prestasi dan pemenuhan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri. Apabila perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut,
misalnya : sistem promosi yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan
harapan yang dapat menimbulkan gejala perilaku stres.
c.
Struktur Organisasi
Struktur organisai
berpotensi menimbulkan stres apabila diberlakukan secara kaku, pihak manajemen
kurang memperdulikan inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam proses
pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
d.
Hubungan antara pekerjaan dan rumah
Rumah
adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan membangun dan mengumpulkan
semangat dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar. Ketika tekanan
menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres kerja. Denise
Prosseau (dalam Rice, 1992). Spillover mengatakan kekurangan dukungan
dari pasangan, konflik dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi stres dan karir.
2.
Pengaruh
Stress Kerja
Reaksi
stress terhadap seseorang sangat bervariasi danberbeda dari masing-masing orang
yang menerimanya, perbedaan ini disebabkan beberapa faktor antara lain faktor
psikologis dan sosial seseorang. Dari model yang ditemukan oleh Cooper and
Marshall (1978) tanda-tanda stress di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a.
Pengaruh
terhadap individu seseorang
1)
Reaksi
emosional, dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak stabil.
2)
Reaksi
perubahan kebiasaan, dalam keadaan stress atau tertekan seseorang dengan tanpa
sadar mencari pelarian dari permsalahan yang diterima yang terkadang
memengaruhi kebiasaannya.
3)
Perubahan
psikologis mengalami gangguan penyakit seperti sakit kepala, insomnia,
hipertensi, maag.
b.
Pengaruh
terhadap organisasi
Pada
organisasi akan berpengaruh yang kurang baik, disini dapat dilihat dengan
adanya tanda-tanda tingginya angka tidak masuk kerja, turn over, hubungan kerja
yang sulit dan rendahnya kualitas pekerjaan.
3.
Pencegahan
Stress di Tempat Kerja
NIOSH
memberikan rekomendasi untuk dapat mengurangi stress khususnya di tempat kerja
sebaga berikut:
a.
Pengaturan
beban kerja yang sesuai
b.
Pengaturan
jam kerja
c.
Kelangsungan
karier
d.
Lingkungan
sosial
4.
Kuesioner
Stressor Indi vidu
Kuesioner
ini didesain dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengetahui secara lebh
awal kemungkinan penyebab terjadinya stress atau stressor di lingkungan kerja.
Kuesioner ini dapat sebagai pertunjuk atau dapat memberikan indikasi , bahwa di
tempat kerja apakah telah terjadi stress atau tidak.
5.
Penilaian
Indikator Stress Kerja dengan Skoring
Pengukuran
stress akibat kerja denganmenggunakan kuesioner dapat digunakan untuk menilai
tingkat keparahan, stress individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau
kelompok sampel yang dapat mempersentasikan populasi secara keseluruhan.
B.
Perundang-undangan
1.
Undang
– undang Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970
2.
Undang-undang
tentang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003
3.
Permenaker
RI No. Per-01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
4.
Permenaker
RI No. Kep-333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
BAB
III
HASIL
B. Standar
Operasional Prosedur Praktikum
1. Permintaan
Izin
Sebelum kami meminta
pekerja untuk mengisi kuesioner, terlebih dahulu kami meminta izin kepada yang berkenan.
2. Pengisian
Kuesioner
Memberikan kuesioner kepada seorang pekerja bernama bpk. Kusmayadi,
berumur 42 tahun. Kuesioner di berikan kepada satu orang pekerja dari 5
pekerja bangunan yang ada, lokasi
berada di daerah Pucang Sawit, jumlah
pernyataan yang di berikan ada 35 buah.
3. Perhitungan
tingkat stress kerja dengan tabel berikut
Tingkat
resiko stress
|
Total
stress individu
|
Klasifikasi
stress
|
Tindakan
perbaikan
|
1
|
140-175
|
Rendah
|
Belum diperlukan adanya kontrol untuk
perbaikan.
|
2
|
105-139
|
Sedang
|
Mungkin
diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
|
3
|
70-104
|
Tinggi
|
Di perlukan kontrol terhadap stress di
tempat kerja segara.
|
4
|
35-69
|
Sangat
tinggi
|
Diperlukan
kontrol terhadap stress secara
menyeluruh sesegera mungkin.
|
C.
Diskripsi
Praktek
Pengukuran
stress kerja menggunakan kuesioner yang di lakukan pada seorang pekerja
bangunan. Kuesioner ini dapat digunkan untuk menilai tingkat stress individu
pada kelompok kerja. Kuesioner di berikan kepada satu pekerja, menggunakan satu
sampel dari sekitar 5 pekerja.
Setelah
pekerja selesai melakukan pengisian kuesioner, Hasil yang di dapat dari kuesioner yang di berikan
kepada sampel maka diperoleh hasil yang termasuk dalam katagori klasifikasi
stress rendah dan belum perlu dilakukan adanya kontrol untuk perbaikan.
D.
Hasil
Kegiatan Praktek
1. Hasil
pengukuran
Kami mengambil sampel satu orang pekerja, lalu kami
meminta pekerja tersebut utuk mengisi kuesioner yang kami berikan. Dan hasil
yang di peroleh sebagai berikut :
Tabel hasil skoring kuesioner
Item
|
Skor
|
Item
|
Skor
|
||
1
|
5
|
19
|
5
|
||
2
|
5
|
20
|
1
|
||
3
|
5
|
21
|
5
|
||
4
|
5
|
22
|
5
|
||
5
|
5
|
23
|
5
|
||
6
|
5
|
23
|
5
|
||
7
|
5
|
24
|
5
|
||
8
|
2
|
25
|
5
|
||
9
|
1
|
26
|
5
|
||
10
|
5
|
27
|
5
|
||
11
|
5
|
28
|
5
|
||
12
|
5
|
29
|
5
|
||
13
|
5
|
30
|
2
|
||
14
|
2
|
31
|
5
|
||
15
|
5
|
32
|
5
|
||
16
|
4
|
33
|
5
|
||
17
|
5
|
34
|
3
|
||
18
|
5
|
35
|
5
|
||
KET :
Item : Butir Pertanyaan
Skor : Hasil nilai
Tabel berwarna merah
menunujukkan pertanyaan negative
Tabel berwarna putih
menunjukkan pertanyaan positive
2. Hasil
Perhitungan
Dari hasil perhitung jumlah
skoring pada tabel di atas di dapat kan
hasil total skoring adalah 155.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam hal ini, kami memberikan angket kuesioner kepada satu di
antara lima pekerja kuli bangunan, karena jumlah populasi yang sedikit hanya
berjumlah lima orang, hasil dari angket kuesioner ini representatif kepada seluruh
pekerja yang artinya hasil skoring
kuesioner yang telah di isi oleh Pak Kusmayadi akan mewakili kondisi fisik
pekerja yang lain.
Sesuai dengan hasil kuesioner yang kami berikan pada satu pekerja,
dapat diketahui bahwa tingkat resiko stress akibat kerja Pak Kusmayadi adalah
rendah dengan skor 155 dan tingkat resiko stress 1. Dari skor ini dapat membuktikan bahwa kondisi pekerjaan yang dilakukan Pak
Kusmayadi dan pekerja lainnya belum waktunya dilakukan kontrol untuk perbaikan. Meskipun terlihat pekerjaan
yang dilakukan berat, ternyata tigkat
stress kerjanya rendah.
Tingkat resiko stress
|
Total stress individu
|
Klasifikasi stress
|
Tindakan perbaikan
|
1
|
140-175
|
Rendah
|
Belum diperlukan adanya kontrol untuk
perbaikan.
|
2
|
105-139
|
Sedang
|
Mungkin
diperlukaan kontrol terhadap gejala stress dikemudian hari.
|
3
|
70-104
|
tinggi
|
Di perlukan kontrol
terhadap stress di tempat kerja segara.
|
4
|
35-69
|
Sangat tinggi
|
Diperlukan
kontrol terhadap stress secara
menyeluruh sesegera mungkin.
|
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil yang didapat dari hasil skoring kuesioner yang di dapat disimpulkan bahwa
pekrjaan kasar seperti pekerja bangunan tidak terlalu mengalami stress kerja
yang tinggi bahkan masih dalam klasifikasi rendah dengan total skoring 155
point.
Pada
tahap ini pekerja tidak memerlukan tindakan perbaikan yang berati, belum di
perlukan adanya konrol untuk perbaikan.
B. Saran
Sebaiknya pekerja di berikan waktu istirahat yang
cukup dan pengaturan jam makan dan minum , serta adanya penyesuaian terhadap kemampuan
pekerja dengan pekerjaan yang akan di lakukan oleh pekerja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). Jakarta : Sagung Seto
Tarwaka et al.
2004. Ergonomi untuk Kesehatan
Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press.
Tarwaka. 2010 Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar